Sabtu, 27 Desember 2014

Manusia dan Harapan

ILMU BUDAYA DASAR
TUGAS IV
MANUSIA DAN HARAPAN


NAMA                    : DINI HARDIYANTI
NPM                       : 13214182
KELAS                   : 1EA30
     



Universitas Gunadarma
PTA 2014/2015



BAB I
PENDAHULIAN

1.    LATAR BELAKANG
                Setiap manusia mempunyai harapan. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan. Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha dan doa merupakan sarana terkabulnya harapan.
Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Oleh karena itu, dalam makalah ini kita dapat mengetahui lebih dalam manusia dan harapan.
2.   TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah agar penulisan khususnya dan pembaca umumnya dapat mengetahui tentang manusia dan harapan.

3.   RUANG LINGKUP
Ruang lingkup penulisan makalah ini mengenai:
a. Definisi harapan
b. Apa sebab manusia mempunyai harapan?
c. Kepercayaan
d. Berbagai kepercayaan dan usaha meningkatkannya



BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI HARAPAN
Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan bebuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan terkadang, dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun adakalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha.
Harapan berasal dari kata harap, artinya supaya sesuatu terjadi atau sesuatu terjadi atau suatu yang belum terwujud. Sedangkan harapan itu sendiri mempunyai makna sesuatu yang terkandungdalam hati setiap orang yang datangnya merupakan karunia Tuhan, yang sifatnya terpatri dan sukar dilukiskan. Yang mempunyai harapan atau keinginan itu hati. Putus harapan berarti putus asa. Dan agar harapan dapat dicapai, memerlukan kepercayaan kepada diri sendiri, kepercayaan kepada orang lain dan kepercayaan kepadaTuhan. Misalnya, Ani, seorang mahasiswa belajar rajin dengan harapan di dalam ujian semester memperoleh nilai A. Hal itu dilakukan dengan keyakinan bahwa akan terwujud apa yang diharapkan. Jadiuntuk mewujudkan harapan itu harus disertai usaha yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Tetapi meskipun sudah berusaha keras, kadang-kadang harapan itu belum tentu terwujud.
Selama masih hidup, semua orang selalu ada perasaan berharap. Kadangkala seseorang yang gagal dalam meraih apa yang diharapkan akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam hidupnya. Ketidakseimbangan ini dapat berwujud dalam berbagai bentuk yang dapat memberikan beban mental pada diri sendiri, misalnya: putus asa, selalu termenung, frustasi dan sebagainya. Sebaiknyakegagalan yang diperolehnya itu dianggap sebagai pengalaman, sehingga dirinya sadar untuk berusaha memperbaiki lebih lanjut.
Setiap orang mempunyai berbagai cara untuk memenuhi keinginannya, baik dengan cara yang dibenarkan maupun dengan cara yang dilarang oleh norma-norma agama dan hukum. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang melakukan pelanggaran dalam usahanya mencapai apa yang jadi harapnnya, misalnya: faktor lingkungan sosial, ekonomi, pendidikan, tidak adanya landasan iman yang kuat, kurang rasa percaya diri, dan kurang pendidikan mental. Semua itu dapat berakibat buruk pada diri seseorang. Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan "berpikir positif" yang merupakan salah satu cara terapi/proses sistematis dalam psikologi untuk menangkal "pikiran negatif" atau "berpikir pesimis". Kalimat lain "harapan palsu" adalah kondisi dimana harapan dianggap tidak memiliki dasar kuat atau berdasarkan khayalan serta kesempatan harapan tersebut menjadi nyata sangatlah kecil.

Manusia dan Harapan
Harapan dalam kehidupan manusia merupakan cita-cita, keinginan, penantian, kerinduan supaya sesuatu itu terjadi. Dalam menantikan adanya sesuatu yang terjadi dan diharapkan, manusia melibatkan manusia lain atau kekuatan lain di luar dirinya supaya sesuatu terjadi, selain hasil usahanya yang telah dilakukan atau ditunggu hasilnya. Jadi, yang diharapkan itu adalah hasil jerih payah dirinya dan bantuan kekuatan lain.

B. APA SEBAB MANUSIA MEMPUNYAI HARAPAN?
Menurut kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langsung disambut dalam suatu interaksi hidup, yakni ditengah suatu keluarga atau sebagai anggota masyarakat lainnya. Tidak ada satu manusia pun yang luput dari interaksi hidup. Ditengah – tengah yang lainnya, seseorang dapat hidup dan berkembang baik fisik/jasmani maupun mental/spiritualnya. Ada dua hal yang mendorong orang hidup berinteraksi dengan manusia lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
1.    Dorongan kodrat
            Ialah sifat, keadaan atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira, berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua.
2.    Dorongan kebutuhan hidup
            Sudah kodratnya bahwa manusia mempunyai bermacam – macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Menurut Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manuis itu ialah :
a)      Kelangsungan hidup (survival)
b)      Keamanan (safety)
c)      Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai (be loving and love)
d)      Diakui linkungan (status)
e)      Perwujudan cita – cita (self actualization)
3. Kelangsungan hidup (Survival)
Untuk melangsungkan hidupnya manusia membutuhkan sandang, pangan dan papan (tempat tinggal). Kebutuhan kelangsungan hidup ini terlihat sejak bayi lahir.
Setiap bayi begitu lahir di bumi menangis; ia telah mengharapkan diberi makan/minum. Kebutuhan akan makan/minum ini terus berkembang sesuai dengan perkembangan hidup manusia.
Sandang, semula hanya berupa perlindungan/keamanan, untuk melindungi dirinya dari cuaca. Tetapi dalam perkembangan hidupnya, sandang tidak hanya sebagai perlindungan keamanan, tetapi lebih cenderung kepada kebutuhan lain.
Papan yang dimaksud adalah tempat tinggal atau rumah. Rumah kebutuhan primer manusia, karena rumah itu sebagai tempat berlindung dari panas, gelas, dsb.
Untuk mencukupi kebutuhan pangan, sandang, dan papan itu, maka manusia sejak kecil telah mulai belajar. Dengan pengetahuan yang tinggi harapan memperoleh pangan, sandang, dan papan yang layak akan terpenuhi.
4.Keamanan
Setiap orang membutuhkan keamanan. Rasa aman tidak harus diwujudkan dengan perlindungan yang nampak, secara moral pun orang lain dapat memberi rasa aman. Dalam hal ini agama sering merupakan cara memperoleh keamanan moril bagi pemiliknya. Walaupun secara fisik keadaannya dalam bahaya, keyakinan bahwa Tuhan memberikan perlindungan berarti sudah memberikan keamanan yang diharapkan.
5. Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai
Tiap orang mempunyai hak dan kewajiban. Dengan pertumbuhan manusia maka tumbuh pula kesadaran akan hak dan kewajiban. Bila seorang telah menginjak dewasa, maka ia merasa dewasa, sehingga sudah saatnya mempunyai harapan untuk dicintai dan mencintai.
6. Status
Setiap manusia membutuhkan status. Status itu penting, karena dengan status orang tahu siapa dia. Harga diri orang antara lain melekat pada status orang itu. Misalnya ada anak haram, biarpun anak haram itu tingkah lakunya baik dan tidak berdosa sebab yang berdosa orang tuanya, namun masyarakat tetap memberikan cap yang negatif. Alangkah kejamnya manusia itu dengan adanya harapan untuk memperoleh status ini berarti orang menguasai hak milik nama baik, ingin berprestasi, ingin meningkatkan harga diri, dsb.
7. Perwujudan cita-cita
Selanjutnya manusia berharap diakui keberadaannya sesuai dengan keahliannya atau kepangkatannya atau profesinya. Pada saat itu manusia mengembangkan bakat atau kepandaiannya agar ia diterima atau diakui kehebatannya.

C. KEPERCAYAAN
Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal – hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Ada beberapa kalimat yang dapat kita perhatikan :
·         Ia tidak percaya pada diri sendiri.
·         Saya tidak percaya ia berbuat seperti itu, berita itu kurang dapat dipercaya.
·         Bagaimana juga kita harus percaya kepada pemerintah.
·         Kita harus percaya akan nasehat – nasehat yang berasal dari Al-qur’an.
Dengan contoh berbagai kalimat diatas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran. Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang beragama itu. Dasarnya ialah keyakinan masing-masing.
Kebenaran
Kebenaran atau benar amat penting bagi manusia. Setiap orang mendambakannya, karena ia mempunyai arti khusus bagi hidupnya. Ia merupakan fokus dari segala pikiran, sikap dan perasaan.
Dr. Yuyun Suriasumantri dalam bukunya “filsafat ilmu, sebuah pengantar populer ada tiga teori kebenaran sebagai berikut:
1.     Teori koherensi atau konsistensi
Yaitu suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koherensi atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Contoh: Setiap manusia akan mati. Paul manusia. Paul akan mati.
2.     Teori korespondensi
Suatu teori yang menjalankan bahwa suatu pernyataan benar bila materi pengetahuan yang di kandung pernyataan itu berkorenponden (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Contoh: Jakarta itu ibu kota Republik Indonesia.
3.     Teori pragmatis
Kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.

D. BERBAGAI KEPERCAYAAN DAN USAHA MENINGKATKANNYA
Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas :
• Kepercayaan pada diri sendiri
Kepercayaan pada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya pada diri sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa Percaya pada diri sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.

• Kepercayaan kepada orang lain
Percaya kepada orang lain itu dapat berupa percaya kepada saudara, orang tua, guru, atau siapa saja. Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya ternadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenarannya. Ada ucapan yang berbunyi orang itu dipercaya karna ucapannya. Misalnya, orang yang berjanji sesuatu hams dipenuhi, meskipun janji itu tidak terdengar orang lain, apalagi membuat janji kepada orang lain.

• Kepercayaan kepada pemerintah
Berdasarkan pandangan teokratis menurut etika, filsafat tingkah laku karya Prof.Ir, Poedjawiyatna, negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan memimpin bangsa manusia, atau setidak-tidaknya Tuhanlah pemilik kedaulatan sejati, Karena semua adalah ciptaan Tuhan. Semua mengemban kewibawaan, terutama pengemban tertinggi, yaitu raja, langsung dikaruniai kewibawaan oleh Tuhan, sebab langsung dipilih oleh Tuhan pula (kerajaan)
Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, (kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat adalah negara, rakyat itu menjelma pada negara. Satu-satunya realitas adalah negara). Manusia sebagai seorang (individu) tak berarti. Orang. mempunyai arti hanya dalam masyarakat, negara. Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, kedaulatan mutlak pada negara, negara demikian itu disebut negara totaliter. satu-satunya yang mempunyai hak ialah negara; manusia perorangan tidak mempunyai hak, ia hanya mempunyai kewajiban (negara diktator)
Jelaslah bagi kita, baik teori atau pandangan teokratis ataupun demokratis negara atau pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber kebenaran. Karena itu wajarlah kalau manusia sebagai warga negara percaya kepada negara/pemerintah.

• Kepercayaan kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu amat penting, karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan Tuhannya. Bagaimana Tuhan dapat menolong umatnya, apabila umat itu tidak mempunyai kepercayaan kepada Tuhannya, sebab tidak ada tali penghubung yang mengalirkan daya kekuatannya. Oleh karcna itu jika manusia berusaha agar mendapat pertolongan dari padanya, manusia harus percaya kepada Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu menyertai manusia. Kepercayaan atau pengakuan akan adanya zat yang maha tinggi yang menciptakan alam semesta seisinya merupakan konsekuensinya tiap-tiap umat beragama dalam melakukan pemujaan kepada zat tersebut.
Berbagai usaha dilakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada Tuhannya. Usaha itu bergantung kepada pribadi kondisi, situasi, dan lingkungan. Usaha itu antara lain:
•  Meningkatkan ketaqwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah.
•  Meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat.
• Meningkatkan kecintaan kita kepada sesama manusia dengan jalan suka    menolong, dermawan, dan sebagainya.
•  Mengurangi nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan.
•  Menekan perasaan negatif seperti iri, dengki, fitnah, dan sebagainya.




BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Harapan berasal dari kata harap yaitu keinginan supaya sesuatu terjadi atau suatu yang belum terwujud. Manusia tanpa harapan adalah manusia yang mati sebelum waktunya. Bisa jadi, karena harapan adalah sesuatu yang hendak kita raih dan terpampang di muka. Hampir sama dengan visi walau dalam spektrum sederhana, harapan merupakan ciptaan yang kita buat sebagai sesuatu yang hendak kita raih. Jadi, hidup tanpa harapan adalah hidup tanpa visi dan tujuan. Maka bila manusia yang hidup tanpa harapan pada hakekatnya dia sudah mati. Harapan bukanlah sesuatu yang terucap di mulut saja tetapi juga berangkat dari usaha. Harapan seseorang juga ditentukan oleh kiprah usaha atau kerja keras seseorang. Orang yang bekerja keras akan mempunyai harapan yang besar. Untuk memperoleh harapan yang besar, tetapi kemampuannya kurang, biasanya disertai dengan unsur dalam, yaitu berdoa.

Saran
Dalam setiap kehidupan manusia yang pastinya mempunyai harapan, kita tidak boleh menyerah untuk mewujudkan harapan tersebut. Karena harapan dan keinginan itu lah yang membuat hidup kita menjadi lebih berarti di dunia ini, yang terus memberikan dorongan agar kita tetap melakukan dan memberikan yang terbaik dalam setiap pekerjaan. Selain itu kita juga harus berpedoman terhadap kepercayaan kepada Tuhan YME. Dengan usaha dan doa yang seimbang, diharapkan kita dapat mewujudkan apa yang kita inginkan dengan tetap berada dalam norma-norma masyarakat yang berlaku dan tidak merugikan orang lain. Selain itu juga untuk mempersiapkan mental kita jika harapan yang diinginkan tidak tercapai, sehingga tidak membuat kita putus asa untuk terus mencoba.


DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Widyo, Muchji, Achmad. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Gunadarma. 1996.
Mustopo, M. Habib. Ilmu Budaya Dasar. Surabaya: Usaha Nasional. 1989.
Sulaeman, M. Munandar. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: Refika Offset.1988.

Manusia dan Tanggung Jawab


ILMU BUDAYA DASAR
TUGAS III
MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB


NAMA                    : DINI HARDIYANTI
NPM                       : 13214182
KELAS                   : 1EA30
     


  
Universitas Gunadarma
PTA 2014/2015



BAB I
PENDAHULUAN

Manusia di dalam hidupnya disamping sebagai makhluk Tuhan, makhluk individu, juga merupakan makhluk sosial. Di mana dalam kehidupannya dibebani tanggung jawab, mempunyai hak dan kewajiiban, dituntut pengabdian dan pengorbanan.
Tanggung jawab itu sendiri merupakan sifat yang mendasar dalam diri manusia. Selaras dengan fitrah. Tapi bisa juga tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab. Inilah yang menyebabkan frekwensi tanggung jawab masing-masing individu berbeda.
Tanggung jawab mempunyai kaitan yang sangat erat dengan perasaan. Yang kami maksud adalah perasaan nurani kita, hati kita, yang mempunyai pengaruh besar dalam mengarahkan sikap kita menuju hal positif.
Pada makalah ini akan membahas tentang pentingnya tanggung jawab dan bagaimana kita harus menjadi orang yang bertanggung jawab.




BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang di sengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab merupakan berkewajiban menanggung, memikul, dan menanggung segala sesuatunya sebagai kesadaran atas kewajibannya.
Tanggung jawab timbul karena telah diterima wewenang. Tanggung jawab juga membentuk hubungan tertentu antara pemberi wewenang dan penerima wewenang. Jadi tanggung jawab seimbang dengan wewenang.
Sedangkan menurut WJS. Poerwodarminto, tanggung jawab adalah sesuatu yang menjadi kewajiban (keharusan) untuk dilaksanakan, dibalas dan sebagainya.
Tanggung jawab dalam konteks pergaulan manusia adalah keberanian. Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang berani menanggung resiko atas apa yang menjadi tanggung jawabnya.
Dengan demikian kalau terjadi sesuatu maka seseorang yang dibebani tanggung jawab wajib menanggung segala sesuatunya. Oleh karena itu manusia yang bertanggung jawab adalah manisia yang dapat menyatakan diri sendiri bahwa tindakannya itu baik dalam arti menurut norma umum, sebab baik menurut seseorang belum tentu baik menurut pendapat orang lain.
Dengan kata lain, tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.




B. Macam-macam Tanggung Jawab
Menurut ruang lingkup dan sasarannya, tanggung jawab dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri
Pada dasarnya manusia adalah mahluk individu yang harus memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya terhadap diri sendiri dalam mengambangkan kepribadian sebagai manusia prbadi. Dengan demikian, bisa memecahkan masalah-masalah kemanusiaan menganai dirinya sendiri, menunrut sifat dasarnya manusia adalah mahluk bermoral namun manusia juga seorang pribadi. Karena merupakan seorang pribadi manusisa mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, dan angan sendiri. sebagai perwujudan dari pendapat perasaan dan angan masnusia berbuat dan bertindak.
Contoh :
Manusia mencari makan, tidak lain adalah karena adanya tanggung jawab terhadap dirinya sendiri agar dapat melangsungkan hidupnya.

2. Tanggung Jawab Terhadap Keluarga
Keluarga merupakan Masyarakat kecil, keluarga terdiri dari suami-istri, ayah ibu dan anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga tapi ketangung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan pendidikan dan kehidupan.
Contoh :
Seorang ayah rela bekerja membanting tulang demi memenuhi tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

3. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusai tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lain, sesuai dengan kedudukannya, manusia sebagai mahluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia disini merupakan sebagai anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab yang sama seperti anggota masyarakat lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Sangat wajar apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertaggung jawabkan kepada masyarakat.
Contoh :
Seseorang yang menyediakan rumahnya sebagai tempat kemaksiatan pada lingkungan masyarakat yang baik-baik, apapun alasannya tindakan ini termasuk tidak bertanggung jawab terhadap masyarakat, karena secara moral psikologis akan merusak masa depan generasi penerusnya di lingkungan masyarakat tersebut.

4. Tanggung Jawab Terhadap Bangsa/Negeri
Satu kenyataan lagi, bahwa setiap manusia adalah warga Negara, suatu Negara dalam berpikir, berbuat, bertindak, dan bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh Negara. Manusia tidak dapat berbuat semuanya sendiri bila perbuatan manusia itu salah maka ia harus bertanggung jawab kepada Negara.
Contoh :
Dalam novel jalan tak ada ujung karya Muchtar Lubis, guru Isa yang terkenal guru yang baik, terpaksa mencuri barang-barang milik sekolah demi rumah tangganya. Perbuatan guru Isa ini harus pula dipertanggung jawabkan kepada pemerintah. Kalau perbuatan itu di ketahui ia harus berurusan dengan pihak kepolisian dan pengadilan.
5. Tanggung Jawab Terhadap Tuhan
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab langsung terhadap Tuhan. Sehingga dikatakan tindakan manusia tidak lepas dari hukuman-hukuman Tuhan. Yang diruangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama. Pelanggaran dari hukuman hukuman tersebut akan segera diperingatkan oleh Tuhan dan jika peringatan yang keraspun manusia masih juga tidak menghiraukan, maka Tuhan akan memberikan adzab. Sebab dengan mengabaikan perintah perintah Tuhan. Berarti menginggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan terhadap Tuhan sebagai penciptanya. Bahkan untuk memenuhi tanggung jawabnya manusia harus berkorban.
Contoh :
Seorang biarawati dengan ikhlas tidak menikah selama hidupnya karena dituntut tanggung jawabnya terhadap Tuhan sesuai dengan hukum-hukum yang ada pada agamanya, hal ini dilakukan agar ia dapat sepenuhnya mengabdikan diri kepada Tuhan demi rasa tanggung jawabnya. Dalam rangka memenuhi tanggung jawabnya ini ia berkorban tidak memenuhi kodrat manusia pada umumya yang seharusnya meneruskan keturunannya, yang sebetulnya juga merupakan sebagian tanggung jawabnya sebagai makhluk Tuhan.
B. Pengabdian
Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat, atau tenaga sebagai perwujudan kesetiaan antara lain kepada raja, cinta, kasih sayang, hormat, atau suatu ikatan dan semua dilakukan dengan iklas.
Timbulnya pengabdian itu hakikatnya ada rasa tanggung jawab. Apabila kita bekerja dari pagi sampai sore untuk mencukupi kebutuhan keluarga, itu berarti kita mengabdi kepada keluarga karena tanggung jawab dan kasih sayang kita kepada keluarga.

C. Manusia dan Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya) manusia merasa bertanggung jawab bahwa ia menyadari akibat baik ataupun buruk atas perbuatannya, untuk membangun jiwa yang bertanggung jawab perlu di tempuh memlalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan takwa terhadap Tuhan YME.
Seseorang bertanggung jawab karena ada kesadaran ataupun keinsyafan atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Timbulnya tanggung jawab itu karena manusia hidup bermasyarakat dan hidup dalam linkungan alam. Manusia tidak boleh berbuat semaunya sendiri terhadap manusia lainnya dan terhadap alam sekitarnya, manusia menciptakan keseimbangan, keserasian, keselarasan, anatara sesama manusia dan lingkungan.
Manusia pada hakikatnya adalah mahluk yamg bertanggung jawab. Disebut demikian karena manusia selain merupakan mahluk individual, dan mahluk sosial, juga merupakan mahluk Tuhan. Manusia mempunyai tuntutan yang besar untuk bertanggung jawab mengingat ia mementaskan sejumlah peranan dalam konteks sosial, individual, ataupun teologis.
Allah telah menciptakan manusia lengkap dengan segala peralatannya, diberi hidup, akal, dan budi pekerti. Semua pemberian itu harus dijaga dan dipelihara, karena hidup, akal dan budi yang diberikan Allah tersebut nantinya akan dimintai pertanggung jawaban. Sesuai dengan firman Allah dalam kitab suci Al-Qur’an Surat At-Takatsur ayat 8. Artinya: ”kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”.
Manusia adalah hamba Allah. Sebagai hamba Allah maka manusia harus menuruti semua perintah Allah, dan tidak boleh membangkang pada-Nya. Setiap perilaku kita harus diridloi-Nya, harus menyenangkan-Nya, harus mengagungkan-Nya. Kita ini memang budak dihadapan Allah, namun dengan inilah kita menjadi mulia, kita menjadi mempunyai harga diri, kita menjadi mempunyai jiwa, kita menjadi mempunyai hati, kita menjadi mempunyai harapan cerah yang akan diberikan atas ketaatan kita.
Dengan kedudukan ini, maka manusia hidup di dunia ini mempunyai dua tugas yang nantinya akan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah, yaitu:
1. Beribadah kepada Allah
Beribadah disini adalah dalam arti yang sempit dan dalam arti yang luas. Beribadah dalam arti sempit berarti mengerjakan ibadah rital saja, seperti Shalat, Zakat, Puasa, Haji, dan lain sebagainya. Sedangkan ibadah dalam arti luas adalah melaksanakan semua aktifitas baik dalam hubungan dengan secara vertikal kepada Allah SWT maupun bermuamalah dengan sesama manusia untuk memperoleh keridoan Allah sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT dan Hadist. Allah berfirman dalam Adz-Dzariyat ayat 56:Artinya:
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku."

2. Menjadi kholifah di bumi
Segala sesuatu yang ada di dunia ini telah ditaklukkan Allah bagi manusia, Hewan, tumbuhan, binatang, bumi dengan segala apa yang terpendam di dalamnya. Allah memberikan gambaran tentang diberikannya tugas khalifah ketika berdialog dengan malaikat, dalam Q.S Al-Baqoroh ayat 30: Artinya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.' Mereka berkata: 'Mengapa Engkau hendak menjadikan [khalifah] di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?' Tuhan berfirman: 'Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.'”
Dari ayat di atas, maka jelaslah bahwa tugas manusia adalah menjadi kholifah di bumi, dan manusia haruslah menjaga, melestarikan, merawat, dan memelihara bumi ini dengan sebaik-baiknya. Selain itu, manusia juga diberi kewenangan untuk memanfaatkan apa yang ada di bumi ini guna memenuhi kebutuhan hidup.
Dalam menjalankn amanah yang di bebankan Allah kepada mausia, manusai tidak boleh berbuat semena-mena, tidak boleh berbuat semaunya sendiri. Maka hendaknya kita berhati-hati, akan amanah yang telah diberikan Allah kepada kita, karena sebenarnya setiap kita adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya masing-masing di sisi Allah Pedoman Dan Bekal Manusia. Untuk pedoman hidup manusia Allah SWT telah menurunkan Al Qur'an supaya manusia bisa mengemban amanah yang diberikan oleh Allah SWT, disamping itu juga kita juga wajib untuk melaksanakan pedoman hidup dan cara beribadah dan bermuamalah berdasarkan Sunnah Rasullullah SAW, serta ijtihad para ulama dan tabi’in yang berdasarkan pada Al Quran dan Al Hadist. Bekal manusia yang dapat digunakan untuk memahami ayat-ayatNya. Allah menganugerahkan kepada manusia mata, telinga, mulut, tangan, kaki, akal, hati, dan seluruh anugerah yang amat banyak, baik yang lahir maupun yang batin. Dan nantinya mata, telinga, dan hati dan semuanya akan dimintai pertanggung jawaban Allah. Untuk apa selama ini digunakan.
Tanggung jawab juga berlaku di lingkungan keluarga, masyarakat, dan negara. Semuanya memiliki norma-norma yang harus ditaati, dan setiap orang harus mematuhi norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Jika melanggar norma tersebut, maka mau tidak mau harus bertanggung jawab atas pelanggaran tersebut baik, baik kepada manusia maupun kepada Tuhan. Jiwa beranggung jawab harus dimiliki tiap individu.



BAB III
KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa tanggung jawab sangat diperlukan bagi tiap individu dalam menjalani hidup ini. dalam konteks pergaulan manusia, tanggung jawab adalah suatu keberanian. Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang berani menanggung resiko atas segala hal yang menjadi tanggung jawabnya. Ia jujur terhadap dirinya dan jujur terhadap orang lain, adil, bijaksana, tidak pengecut dan mandiri. Dengan rasa tanggung jawab, orang yang bersangkutan akan selalu berusaha memenuhi kewajibannya melalui seluruh potensi dirinya. Orang yang bertanggung jawab adalah orang mau berkorban untuk kepentingan orang lain ataupun orang banyak.
Orang yang bertanggung jawab dapat memperoleh kebahagiaan, sebab ia dapat menunaikan kewajibannya dengan baik. Kebahagiaan tersebut dapat dirasakan oleh dirinya sendiri ataupun oleh orang lain/banyak. Sebaliknya orang yang tidak bertanggung jawab akan menghadapai kesulitan, sebab ia tidak melaksanakan kewajibannya dengan baik dan tentunya tidak mengikuti aturan, norma serta nilai-nilai yang berlaku.



DAFTAR PUSTAKA
Drs. Djoko Widagdho, dkk, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta:Bumi Aksara, 1991), hlm. 144.
Drs. H. Ahmad Mustofa, IBD, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm. 133
Drs. Djoko Widagdho, dkk, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta:Bumi Aksara, 1991), hlm. 147.
Ibid, hlm. 147.
Ibid, hlm. 148
Drs. Djoko Widagdho, dkk, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta:Bumi Aksara, 1991), hlm. 145
Ibid, hlm. 157