ILMU BUDAYA DASAR
TUGAS IV
MANUSIA
DAN HARAPAN
NAMA :
DINI HARDIYANTI
NPM :
13214182
KELAS :
1EA30
Universitas
Gunadarma
PTA
2014/2015
BAB I
PENDAHULIAN
1.
LATAR BELAKANG
Setiap manusia
mempunyai harapan. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha
orang yang mempunyai harapan. Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik
kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib
selalu berdoa. Karena usaha dan doa merupakan sarana terkabulnya harapan.
Harapan berasal dari
kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan
berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan
menyangkut masa depan. Manusia yang tanpa harapan, berarti
manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai
harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Oleh karena itu,
dalam makalah ini kita dapat mengetahui lebih dalam manusia dan harapan.
2.
TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan
penulisan makalah agar penulisan khususnya dan pembaca umumnya dapat mengetahui
tentang manusia dan harapan.
3.
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup
penulisan makalah ini mengenai:
a. Definisi harapan
b. Apa sebab manusia
mempunyai harapan?
c. Kepercayaan
d. Berbagai
kepercayaan dan usaha meningkatkannya
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI HARAPAN
Harapan
atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan
didapatkan atau suatu kejadian akan bebuah kebaikan di waktu yang akan datang.
Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan terkadang,
dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun adakalanya harapan tertumpu
pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan
harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha.
Harapan
berasal dari kata harap,
artinya supaya sesuatu terjadi atau sesuatu terjadi atau suatu yang belum
terwujud. Sedangkan harapan itu sendiri mempunyai makna sesuatu yang
terkandungdalam hati setiap orang yang datangnya merupakan karunia Tuhan, yang
sifatnya terpatri dan sukar dilukiskan. Yang mempunyai harapan atau keinginan
itu hati. Putus harapan berarti putus asa. Dan agar harapan dapat dicapai,
memerlukan kepercayaan kepada diri sendiri, kepercayaan kepada orang lain dan
kepercayaan kepadaTuhan. Misalnya, Ani, seorang mahasiswa belajar rajin
dengan harapan di dalam ujian semester memperoleh nilai A.
Hal itu dilakukan dengan keyakinan bahwa akan terwujud apa yang diharapkan.
Jadiuntuk mewujudkan harapan itu harus disertai usaha yang sesuai dengan apa
yang diharapkan. Tetapi meskipun sudah berusaha keras, kadang-kadang harapan
itu belum tentu terwujud.
Selama
masih hidup, semua orang selalu ada perasaan berharap. Kadangkala seseorang
yang gagal dalam meraih apa yang diharapkan akan menimbulkan ketidakseimbangan
dalam hidupnya. Ketidakseimbangan ini dapat berwujud dalam berbagai bentuk yang
dapat memberikan beban mental pada diri sendiri, misalnya: putus asa, selalu
termenung, frustasi dan sebagainya. Sebaiknyakegagalan yang diperolehnya itu
dianggap sebagai pengalaman, sehingga dirinya sadar untuk
berusaha memperbaiki lebih lanjut.
Setiap
orang mempunyai berbagai cara untuk memenuhi keinginannya, baik dengan cara
yang dibenarkan maupun dengan cara yang dilarang oleh norma-norma agama dan
hukum. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang melakukan pelanggaran
dalam usahanya mencapai apa yang jadi harapnnya, misalnya: faktor lingkungan
sosial, ekonomi,
pendidikan, tidak
adanya landasan iman yang kuat, kurang rasa percaya diri, dan kurang pendidikan
mental. Semua itu dapat berakibat buruk pada diri seseorang. Beberapa pendapat
menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan "berpikir positif"
yang merupakan salah satu cara terapi/proses sistematis dalam psikologi untuk
menangkal "pikiran negatif" atau "berpikir pesimis".
Kalimat lain "harapan
palsu" adalah kondisi dimana harapan dianggap tidak memiliki dasar kuat
atau berdasarkan khayalan serta kesempatan harapan tersebut menjadi nyata
sangatlah kecil.
Manusia dan Harapan
Harapan
dalam kehidupan manusia merupakan cita-cita, keinginan, penantian, kerinduan
supaya sesuatu itu terjadi. Dalam menantikan adanya sesuatu yang terjadi dan
diharapkan, manusia melibatkan manusia
lain atau kekuatan lain di luar dirinya supaya sesuatu terjadi, selain hasil
usahanya yang telah dilakukan atau ditunggu hasilnya. Jadi, yang diharapkan itu
adalah hasil jerih payah dirinya
dan bantuan kekuatan lain.
B. APA SEBAB MANUSIA
MEMPUNYAI HARAPAN?
Menurut kodratnya manusia itu adalah
mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langsung disambut dalam suatu interaksi
hidup, yakni ditengah suatu keluarga atau sebagai anggota masyarakat lainnya.
Tidak ada satu manusia pun yang luput dari interaksi hidup. Ditengah – tengah
yang lainnya, seseorang dapat hidup dan berkembang baik fisik/jasmani maupun
mental/spiritualnya. Ada dua hal yang mendorong orang hidup berinteraksi dengan
manusia lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
1.
Dorongan kodrat
Ialah sifat, keadaan atau
pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu
diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira, berpikir, berjalan,
berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan
untuk itu semua.
2.
Dorongan kebutuhan hidup
Sudah kodratnya bahwa
manusia mempunyai bermacam – macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada
garis besarnya dapat dibedakan atas kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Menurut Abraham Maslow sesuai dengan
kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manuis itu ialah :
a)
Kelangsungan hidup (survival)
b)
Keamanan (safety)
c) Hak dan
kewajiban mencintai dan dicintai (be loving and love)
d) Diakui
linkungan (status)
e)
Perwujudan cita – cita (self actualization)
3. Kelangsungan hidup (Survival)
Untuk melangsungkan
hidupnya manusia membutuhkan sandang, pangan dan papan (tempat tinggal).
Kebutuhan kelangsungan hidup ini terlihat sejak bayi lahir.
Setiap bayi begitu
lahir di bumi menangis; ia telah mengharapkan diberi makan/minum. Kebutuhan
akan makan/minum ini terus berkembang sesuai dengan perkembangan hidup manusia.
Sandang, semula hanya
berupa perlindungan/keamanan, untuk melindungi dirinya dari cuaca. Tetapi dalam
perkembangan hidupnya, sandang tidak hanya sebagai perlindungan keamanan,
tetapi lebih cenderung kepada kebutuhan lain.
Papan yang dimaksud
adalah tempat tinggal atau rumah. Rumah kebutuhan primer manusia, karena rumah
itu sebagai tempat berlindung dari panas, gelas, dsb.
Untuk mencukupi
kebutuhan pangan, sandang, dan papan itu, maka manusia sejak kecil telah mulai
belajar. Dengan pengetahuan yang tinggi harapan memperoleh pangan, sandang, dan
papan yang layak akan terpenuhi.
4.Keamanan
Setiap orang
membutuhkan keamanan. Rasa aman tidak harus diwujudkan dengan perlindungan yang
nampak, secara moral pun orang lain dapat memberi rasa aman. Dalam hal ini
agama sering merupakan cara memperoleh keamanan moril bagi pemiliknya. Walaupun
secara fisik keadaannya dalam bahaya, keyakinan bahwa Tuhan memberikan
perlindungan berarti sudah memberikan keamanan yang diharapkan.
5. Hak dan kewajiban mencintai dan
dicintai
Tiap orang mempunyai
hak dan kewajiban. Dengan pertumbuhan manusia maka tumbuh pula kesadaran akan
hak dan kewajiban. Bila seorang telah menginjak dewasa, maka ia merasa dewasa,
sehingga sudah saatnya mempunyai harapan untuk dicintai dan mencintai.
6. Status
Setiap manusia
membutuhkan status. Status itu penting, karena dengan status orang tahu siapa
dia. Harga diri orang antara lain melekat pada status orang itu. Misalnya ada
anak haram, biarpun anak haram itu tingkah lakunya baik dan tidak berdosa sebab
yang berdosa orang tuanya, namun masyarakat tetap memberikan cap yang negatif.
Alangkah kejamnya manusia itu dengan adanya harapan untuk memperoleh status ini
berarti orang menguasai hak milik nama baik, ingin berprestasi, ingin
meningkatkan harga diri, dsb.
7. Perwujudan cita-cita
Selanjutnya manusia
berharap diakui keberadaannya sesuai dengan keahliannya atau kepangkatannya
atau profesinya. Pada saat itu manusia mengembangkan bakat atau kepandaiannya
agar ia diterima atau diakui kehebatannya.
C. KEPERCAYAAN
Kepercayaan berasal
dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan
adalah hal – hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan
kebenaran. Ada beberapa kalimat yang dapat kita perhatikan :
·
Ia tidak percaya pada diri sendiri.
·
Saya tidak percaya ia berbuat seperti itu, berita itu kurang dapat
dipercaya.
·
Bagaimana juga kita harus percaya kepada pemerintah.
·
Kita harus percaya akan nasehat – nasehat yang berasal dari Al-qur’an.
Dengan contoh berbagai kalimat diatas
maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran.
Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan
orang yang beragama itu. Dasarnya ialah keyakinan masing-masing.
Kebenaran
Kebenaran atau benar amat penting bagi
manusia. Setiap orang mendambakannya, karena ia mempunyai arti khusus bagi
hidupnya. Ia merupakan fokus dari segala pikiran, sikap dan perasaan.
Dr. Yuyun Suriasumantri dalam bukunya
“filsafat ilmu, sebuah pengantar populer ada tiga teori kebenaran sebagai
berikut:
1.
Teori koherensi atau konsistensi
Yaitu suatu pernyataan dianggap benar
bila pernyataan itu bersifat koherensi atau konsisten dengan
pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Contoh: Setiap manusia akan mati. Paul
manusia. Paul akan mati.
2.
Teori korespondensi
Suatu teori yang menjalankan bahwa suatu
pernyataan benar bila materi pengetahuan yang di kandung pernyataan itu
berkorenponden (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Contoh: Jakarta itu ibu kota Republik
Indonesia.
3.
Teori pragmatis
Kebenaran suatu pernyataan diukur dengan
kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan
praktis.
D. BERBAGAI KEPERCAYAAN DAN USAHA MENINGKATKANNYA
Dasar kepercayaan adalah kebenaran.
Kepercayaan itu dapat dibedakan atas :
• Kepercayaan pada diri sendiri
Kepercayaan pada diri
sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya pada diri sendiri pada
hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa Percaya pada diri sendiri,
menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang
diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
• Kepercayaan kepada orang lain
Percaya kepada orang
lain itu dapat berupa percaya kepada saudara, orang tua, guru, atau siapa saja.
Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya ternadap kata hatinya,
perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenarannya. Ada ucapan
yang berbunyi orang itu dipercaya karna ucapannya. Misalnya, orang yang
berjanji sesuatu hams dipenuhi, meskipun janji itu tidak terdengar orang lain,
apalagi membuat janji kepada orang lain.
• Kepercayaan kepada pemerintah
Berdasarkan pandangan
teokratis menurut etika, filsafat tingkah laku karya Prof.Ir, Poedjawiyatna,
negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan memimpin bangsa
manusia, atau setidak-tidaknya Tuhanlah pemilik kedaulatan sejati, Karena semua
adalah ciptaan Tuhan. Semua mengemban kewibawaan, terutama pengemban tertinggi,
yaitu raja, langsung dikaruniai kewibawaan oleh Tuhan, sebab langsung dipilih
oleh Tuhan pula (kerajaan)
Pandangan demokratis
mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, (kewibawaan pun milik rakyat.
Rakyat adalah negara, rakyat itu menjelma pada negara. Satu-satunya realitas
adalah negara). Manusia sebagai seorang (individu) tak berarti. Orang.
mempunyai arti hanya dalam masyarakat, negara. Hanya negara sebagai keutuhan
(totalitas) yang ada, kedaulatan mutlak pada negara, negara demikian itu
disebut negara totaliter. satu-satunya yang mempunyai hak ialah negara; manusia
perorangan tidak mempunyai hak, ia hanya mempunyai kewajiban (negara diktator)
Jelaslah bagi kita, baik teori atau
pandangan teokratis ataupun demokratis negara atau pemerintah itu benar, karena
Tuhan adalah sumber kebenaran. Karena itu wajarlah kalau manusia sebagai warga
negara percaya kepada negara/pemerintah.
• Kepercayaan kepada Tuhan
Kepercayaan kepada
Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan
dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan berarti keyakinan
dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu amat penting, karena merupakan
tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan Tuhannya. Bagaimana
Tuhan dapat menolong umatnya, apabila umat itu tidak mempunyai kepercayaan
kepada Tuhannya, sebab tidak ada tali penghubung yang mengalirkan daya
kekuatannya. Oleh karcna itu jika manusia berusaha agar mendapat pertolongan
dari padanya, manusia harus percaya kepada Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu menyertai
manusia. Kepercayaan atau pengakuan akan adanya zat yang maha tinggi yang
menciptakan alam semesta seisinya merupakan konsekuensinya tiap-tiap umat
beragama dalam melakukan pemujaan kepada zat tersebut.
Berbagai usaha dilakukan manusia untuk
meningkatkan rasa percaya kepada Tuhannya. Usaha itu bergantung kepada pribadi
kondisi, situasi, dan lingkungan. Usaha itu antara lain:
• Meningkatkan ketaqwaan kita dengan jalan
meningkatkan ibadah.
•
Meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat.
• Meningkatkan kecintaan kita kepada
sesama manusia dengan jalan suka menolong, dermawan, dan
sebagainya.
•
Mengurangi nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan.
•
Menekan perasaan negatif seperti iri, dengki, fitnah, dan sebagainya.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Harapan berasal dari kata
harap yaitu keinginan supaya sesuatu terjadi atau suatu yang belum terwujud.
Manusia tanpa harapan adalah manusia yang mati sebelum waktunya. Bisa jadi,
karena harapan adalah sesuatu yang hendak kita raih dan terpampang di muka.
Hampir sama dengan visi walau dalam spektrum sederhana, harapan merupakan
ciptaan yang kita buat sebagai sesuatu yang hendak kita raih. Jadi, hidup tanpa
harapan adalah hidup tanpa visi dan tujuan. Maka bila manusia yang hidup tanpa
harapan pada hakekatnya dia sudah mati. Harapan bukanlah sesuatu yang terucap
di mulut saja tetapi juga berangkat dari usaha. Harapan seseorang
juga ditentukan oleh kiprah usaha atau kerja keras seseorang. Orang yang
bekerja keras akan mempunyai harapan yang besar. Untuk memperoleh harapan yang
besar, tetapi kemampuannya kurang, biasanya disertai dengan unsur dalam, yaitu
berdoa.
Saran
Dalam setiap
kehidupan manusia yang pastinya mempunyai harapan, kita tidak boleh menyerah
untuk mewujudkan harapan tersebut. Karena harapan dan keinginan itu lah yang
membuat hidup kita menjadi lebih berarti di dunia ini, yang terus memberikan
dorongan agar kita tetap melakukan dan memberikan yang terbaik dalam setiap
pekerjaan. Selain itu kita juga harus berpedoman terhadap kepercayaan kepada
Tuhan YME. Dengan usaha dan doa yang seimbang, diharapkan kita dapat mewujudkan
apa yang kita inginkan dengan tetap berada dalam norma-norma masyarakat yang
berlaku dan tidak merugikan orang lain. Selain itu juga untuk mempersiapkan
mental kita jika harapan yang diinginkan tidak tercapai, sehingga tidak membuat
kita putus asa untuk terus mencoba.
DAFTAR
PUSTAKA
Nugroho, Widyo, Muchji, Achmad. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Gunadarma. 1996.
Mustopo, M. Habib. Ilmu
Budaya Dasar. Surabaya: Usaha Nasional. 1989.
Sulaeman, M. Munandar.
Ilmu Budaya Dasar. Bandung: Refika Offset.1988.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar